Friday, 19 January 2018

MAULANA MALIK IBRAHIM ( SUNAN GERSIK)



Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah seorang Walisongo yang dianggap pertama kali datang. Ia bukan orang Jawa, tapi diketahui berasal dari Khasan, Iran. Saat kedatangan Sunan Gresik yang diperkirakan terjadi tahun 1404 M sudah ada masyarakat islam, khususnya di daerah pantai utara. Hal ini ditegaskan dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang wafat tahun 1082 M.

  Kisah Perjuangan Sunan Gresik


Tujuan Sunan Gresik ke tanah Jawa adalah untuk menyiarkan agama Islam yang belum terlalu banyak dipeluk masyarakat Jawa. Tempat pertama kali yang dituju adalah desa Sembalo. Namun, sekarang Sembalo berubah nama menjadi daerah Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Setelah sampai di Manyar, Sunan Gresik segera membangun sebuah masjid.

Cara yang dilakukan pertama kali oleh Sunan Gresik adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Tata bahasa yang ramah senantiasa diperlihatkannya dalam pergaulan. Sunan Gresik tidak menentang agama dan kepercayaan penduduk asli, melainkan hanya mengedepankan akhlak mulia seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Berkat keramahannya, banyak masyarakat yang tertarik dengan agama Islam.

Selain berdakwah, Sunan Gresik juga berdagang. Shingga membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak dan mudah. Selain itu, raja dan para bangsawan juga ikut serta dalam kegiatan jual beli.

Setelah mapan di dalam masyarakat, Sunan Gresik kemudian berkunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Meskipun Raja Majapahit tidak masuk Islam, dia tetap menerima Sunan Gresik dengan baik. Bahkan memberikannya sebidang tanah di tepian kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan desa Gapura.

Dalam mencari kader-kader penyiar agama Islam, Sunan Gresik membuka pesantren yang menjadi tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hal ini mirip dengan gaya Biksu Hindu mendidik para cantrik di mandalanya. Hingga saat ini makam Sunan Gresik masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat sealu berkunjung untuk berziarah.

Ritual Haul (Ziarah tahunan) juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Yang disesuaikan tanggal wafat pada prasasti makam Sunan Gresik. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, pembacaan riwayat Nabi Muhammad, dan menghidangkan makanan khas Gresik yaitu bubur harisah
Foto makam Maulana Malik Ibrahim ( Wafat 1419 )
naskah berisi ajaran Islam awal yang diajarkan kepada penduduk Nusantara tersimpan selama lebih kurang tiga abad di perpustakaan umum Marquis Cristino, Ferrara, Italia.

Naskah kuna tersebut ditulis dalam aksara Jawa Kuna di atas lontar yang berjumlah 23 lembar, masing-masing berukuran 40 x 3.5 cm. Sebelum menjadi milik perpustakaan Marquis Cristino, naskah itu merupakan koleksi seseorang yang tak tertulis datanya.

“Ketika buku ini ditulis, orang Islam di Jawa masih minoritas. Ini dapat dirujuk pada keterangan musafir Portugis, Tome Pires, yang mengunjungi Sedayu, tempat ditemukannya buku itu pada tahun 1515,” kata Abdul Hadi WM, guru besar Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, dalam seminar “Islam Indonesia dan Kebudayaan” yang dihelat di Universitas Paramadina, Jakarta, (19/6).

Karena itu, ajaran fikih, tasawuf, dan ilmu kalam dalam buku itu tidak mendalam, serta etika yang diajarkan bersifat praktis. Naskah itu dibawa para pelaut Belanda dari pelabuhan Sedayu dekat Tuban menuju Eropa pada 1585.

Beberapa sumber menyebut berbeda. Dalam Misteri Syekh Siti Jenar: Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa, Hasanu Simon menduga naskah itu dibawa para pelayar Italia atau rombongan misi Katolik Roma. Beberapa tahun sebelum masa Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC), antara 1598-1599, misionaris Katolik Roma pernah berkunjung secara teratur ke Pasuruan.

Pada 1962, fotokopi naskah itu dikirim ke Leiden, Belanda. Harapannya ada ahli bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno yang mampu mengidentifikasi dokumen berharga itu. Akhirnya pada 1978, naskah itu diterbitkan Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde, Martinus Nijhoff, Den Haag, dengan judul An Early Javanese Code of Muslim Ethics, oleh GJH Drewes. Buku tersebut diterjemahkan Wahyudi ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan Alfikr Surabaya pada 2002 dengan judul Perdebatan Wali Songo: Seputar Makrifatullah.

“Kropak Ferrara ditujukan kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan mereka yang masih di luar Islam,” tulis Hasanu Simon.

Menurut Abdul Hadi, Drewes menisbahkan isi buku itu sebagai ajaran Maulana Malik Ibrahim (w. 1414). Sebab, pengarang buku menyebut dirinya khalifah, sebutan lazim di Jawa untuk ulama, pemimpin spiritual dan sekaligus imam masjid agung. Maulana Malik Ibrahim adalah imam masjid agung, sekaligus ulama dan pemimpin kerohanian. Judul risalah yang dimuat dalam naskah ini sama dengan judul risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan.

Hal menarik lain, lanjut Abdul Hadi, dalam risalah pendek ini dijumpai 122 kata serapan dari bahasa Arab dan Persia. Terdapat pula beberapa perkataan yang diserap dari bahasa Melayu. Ini membuktikan bahwa pada awal abad ke-15 islamisasi bahasa dan kebudayaan Jawa sudah berlangsung serta menyentuh persoalan pandangan hidup, gambaran dunia, sistem nilai, etika, etos kerja, dan sebagainya. Di saat bersamaan banyak istilah keagamaan dan spiritualitas Islam dialibahasakan ke bahasa Jawa.

Maulana Malik Ibrahim membuka risalahnya dengan kalimat: “Pada akhir zaman, ketika hari kiamat akan tiba, ulama sejati dan orang taat pada ajaran agama akan lenyap dan diganti orang yang suka berbuat bidaah yang menyebabnya rancunya ajaran Islam bercampur dengan ajaran keliru dan sesat.”

“Inikah yang sedang terjadi di Indonesia?”

No comments:

Post a Comment

IKLAN

PSSK 2012